(Ahad, 22/12/2013 09:00)
SITI MUYASSAROTUL H
Emak
Semrawut dunia ini menjadikan manusia terbahak
Menghabiskan kekayaan kepada sang kaya dan kita semakin terinjak
Walapun subuh, langkahmu membuat makhluk tanah terhentak
Engkau Emak, dan semua katamu benar.
Liku jalan dan tanjakan terjal sudah kau sampaikan
Lapar itu penting, haus pun menjadi bahkan.
Karena selalu mereka bilang ini untuk keadilan.
Hanya sebatas di meja yang disampaikan.
Ah, Emak. Dan semua katamu benar.
Dulu, ambisiku meledak tak terarah
Lantaran ingin membela kita yang selalu disuruh pasrah
Menahan muka amarah
Sekali lagi hanya sebatas sampai di meja
Untung, dulu kisah para kesatria yang kau baca
Untung, tak sekedar lewat lobang kuping dan lenyap entah
Untung, kau selalu berkata
Kelak jadilah sang pembela, bukan sekedar pantulan kaca
Emak, Emak... kau pun sekarang benar
Mengawalku sejak subuh hingga lelap adalah berat
Aku yang sampai saat ini tak kunjung engkau ku rawat
Hingga kau masih duduk tersenyum melayani
Sampai habis daganganmu dan kau kembali membeli
Ah, Emak... benar
“nduk, bicara rakyat jangan sebagai pejabat.
Bicara si miskin jangan kemudian chek in
Bicara yang bodoh, jangan ikut bodoh
Bicara kecerdasan, kaulah yang aku andalkan.”
Emak, betapa kaulah yang menjadikanku seperti ini.
Jangan sombong... duh gusti.. jangan sombong.. amin.
Dan Emak pun benar.
Yogyakarta 18-12-13
10.50
Emaknya
Kau lihat itu Emaknya?
Membiarkan menangis, meronta bahkan tak cium tangannya
Kutukan pun tak menjadi ancaman baginya.
Lantaran hanya sebongkah kayu
Kau tau untuk apa? Menyanggah rumahnya
Ah, Emak Artija.
Bahkan Tuhan pun tak pernah marah
Ketika nafas manusia menghabiskan tak ternilai udara.
Bahkan singa pun tak memangsa anaknya, apalagi sebaliknya.
Nah, kau tengok Emak yang satunya.
Keringat, lelah, gelisah menjadi santapannya,
Mengarungi apapun hanya untuk anaknya
Kemudian, dia menggeretnya
Menyakiti tangan keriputnya
Bahkan tak ada tetesan air mata ketika jarum itu menidurkannya
Tak ku sangka dia berkata “alhamdulillah”
Sekedar mengingatkan bahwa dia sudah lupa itu Emaknya
Hartanya sudah habis, katanya
Panti, di sanalah si Emaknya
Emak yang ini meminta dia mengajaknya tertawa
Namun, tak kunjung diamini, malah membuat Emak terlihat renta
Sejatinya dia mengambilkan se-entong nasi Emaknya
Ketika ku tanya kenapa tak dilakukannya
“istriku bakal marah” jawabnya.
Kau tau tentang hari ibu katanya?
“Ah, itu seremonial saja” begitu.
Yogyakarta, 18/12/13
0.05
Mimi
Seperempat abad lalu kau bertaruh nyawa untukku
Siang itu dan saat itu aku menangis dan kau tersenyum untukku
Aroma tubuhmu membuatku tahu bahwa kau pahlawanku
Berlalunya waktu terkadang aku yang membuatmu menangis
Ketika tubuhku lemah menahan rasa sakit saat itu
Hingga aku kembali pulih, dan aku tetap membuatmu sedih
Dulu kau bilang, jangan jauh-jauh
Terlalu sedikit aku membantumu membereskan rumah
Terlalu kecil tenagaku untuk sekedar kau kujaga
Terlalu lama kau merawat dan memberiku kasih sayang
Namun terlalu sebentar ku menemanimu mengumpulkan puing-puing kehidupan
Mimi.....
Tiap hari ibu, tepat ulang tahunmu
Tiap hari itu, sepuluh tahun aku tak di sampingmu
Kian aku tumbuh, kian aku rindu
Kuingat kau pernah menangis dan menahan amarah
Ketika ujian menyapaku,
Berusaha ku bilang, tak perlu risau
Karena do’amu itu
Do’a sakti, mampu merubah gelap menjadi putih
Kekuatanmu kekuatan Tuhan
keridhaanmu, juga ridha Tuhan
Tak patut aku menyinggungmu,
Tak pantas aku mengecewakanmu
Bahkan tak bisa aku menjadi ibu tanpa sentuhanmu
Mimi,..
Bahkan seberat bumi ini pun tak dapat menggantikan
Betapa banyaknya kasih sayangmu
Ucapan terima kasih seluas angkasa pun
Menjadi bahkan, tak mampu menggantikan
Mimi..
Kini aku menjadi seorang ibu,
Dan benar, bahwa anak adalah jiwa kedua bagiku,
Kini aku tahu, kenapa kau selalu bilang
“jangan jauh-jauh dariku”
Karena kau pelindungku
Orang yang selalu mengkhawatirkanku
Dan sesungguhnya kau ingin mengatakan
“tenang nak, ada mimi di sampingmu”
Do’a saktimu selalu menyertaiku
dan aku yakin, Tuhan selalu mendengar do’a-do’amu. Mimi...
Yogyakarta 20 Desember 2013-12-20
15.46
SITI MUYASSAROTUL H, lahir di Cirebon 25 Januari 1988. Aktif menulis sejak SMA, bergabung dengan komunitas Coret, LKIs Yogyakarta. Aktif juga di LPM ARENA UIN Suka. Kini aktif di Majalah BANGKIT PWNU DIY.
Karya-karyanya seperti puisi-puisinya pernah dimuat di buletin Coret, majalah Khairul Ummah, Majalah Bakti. Juga cerpen-cerpennya dimuat di Khairul Ummah, nu online (www.nu.or.id), dan Pikiran Rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar