Social Icons

Kamis, 30 Oktober 2014

Prepare for make a change

Mungkin aku harus kembali, menepis semua keragu-raguan yang sudah terlalu lama hinggap dalam kalbu. Bukan untuk meneruskan, namun meluruskan. Hati mungkin akan cepat berubah, namun jalan pasti akan cerah, karena aku punya Allah. Allah yang menghidup matikan dan membolak balik hati. Keberangkatanku untuk kembali pasti tak semua orang mengiringi. Ah sudah lah. Aku ingin berbenah.

Jumat, 10 Oktober 2014

Shibghoh wal Inqilab

Shibghoh wal Inqilab (Tercelup dan berubah) | Ruhul istijabah (jiwa yang terpanggil)

Artinya perubahan diri. Yang dirubah adalah:
1. Keyakinan (keimanan): perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Landasan perubahan adalah Syahadat. Bersama ALLAH segalanya MUNGKIN. Bersyahadat itu efeknya Istiqomah.
2. Istiqomah
Efek istiqomah: BTO (Berani, Tenang, Optimis).
3. Sensitif
Menyingkirkan duri dari jalan.
4. Cinta.
Cinta itu akan menimbulkan ridho.
5. Al-iman
6. Perubahan total.
7. Selera dan perasaan.
8. Kepribadian islami (QS. Al hujurat: 13; QS. Al maidah: 27; QS. Ali imron: 64)

Minggu, 05 Oktober 2014

Perbedaan Hari Raya Jangan Rusak Ukhuwah

Perbedaan Hari Raya Jangan Rusak Ukhuwah

Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, adalah dua hari yang cukup bersejarah dalam agama Islam, sebab kedua hari tersebut dirayakan secara khusus oleh umat Islam. Jika Idul Fitri dirayakan setelah umat Islam mendapatkan kemenangan melawan hawa nafsu dengan melaksanakan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh, maka Idul Adha dirayakan karena pada hari itu umat Islam menumpahkan darah hewan qurban, berupa unta, sapi, kerbau, domba, dan atau kambing, sebagai qurban ataupun sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (hablum minallah) dan merupakan bentuk kepedulian sosial antara sesama, khususnya umat yang berada dalam garis kemiskinan (hablum minannas).

Persoalannya adalah sering terjadi perbedaan dalam menetap_kan kedua hari raya itu. Sebagai contoh, terjadinya perbedaan dalam penetapan Hari Raya Idul Adha 1435 H tahun ini, di mana satu kelompok, dalam hal ini pimpinan pusat Muhammadiyah menetapkannya pada 4 Oktober 2014 M, sedangkan pada kelompok lain, dalam hal ini pemerintah bersama pimpinan Ormas Islam lainnya, menetapkannya pada tanggal 5 Oktober 2014.

 Jika dilihat dalam perspektif hukum Islam, seluruh ulama Islam di seluruh belahan dunia Islam, sepakat (ijma’) bahwa Hari Raya Idul Adha itu adalah pada 10 Zulhijjah setiap tahun, dan ini tidak ada perbedaan pendapat di antara mereka. Yang berbeda itu adalah kapan waktunya atau kapan jatuhnya 10 Zulhijjah itu dalam waktu keseharian kita, termasuk jika disesuaikan dengan penghitungan bulan Syamsiyah (masehi).

Perbedaan pendapat dalam kaitan ini sangat terbuka lebar dan bahkan tidak dapat dihindari, sebab dalam perspektif hukum Islam, Idul Adha itu pada 10 Zulhijjah adalah bersifat mutlak dan disebut dengan ayari’ah karena bersifat penetapan langsung dari Allah dan RasulNya. Sedangkan kapan jatuhnya 10 Zulhijjah itu adalah bersifat nisbi (tidak mutlak) dan disebut dengan fiqh karena bersifat pemahaman para ulama terhadap syari’ah itu. 

Berkaitan dengan syari’ah, para ulama tidak berbeda pendapat, sebab tataran ini menjadi wewenang Allah dan RasulNya. Sedangkan fiqh adalah tataran para ulama dalam memahami syari’ah, sehingga tak bisa dihindari dan bahkan terbuka lebar untuk perbedaan pendapat, contohnya penetapan 10 Zulhijjah ini.

Terjadinya perbedaan pendapat dalam memahami penetapan 10 Zulhijjah ini, disebabkan adanya dua metode yang berbeda dalam penetapannya. Pertama, dengan metode rukyah, yaitu menetapkan awal hari bulan dengan melihat bulan secara langsung. Jika bulan terlihat, maka ditetapkanlah telah masuk bulan berikutnya. Tetapi jika bulan belum terlihat, maka digenapkan bulan sebelumnya menjadi 30 hari. 

Kedua, dengan metode hisab, yaitu menghitung peredaran bulan secara ilmu pengetahuan, dimana bulan terlihat atau tidak terlihat, jika bulan sudah di atas ufuk, maka dipandang bulan berikutnya telah masuk dan bulan sebelumnya telah lewat. Tentu masih ada lagi metode lain, seperti penggabungan antara metode rukyah dan hisab.

  Kedua metode ini, sama-sama benar, dapat dibenarkan, dan dapat diikuti, sebab sama-sama memiliki dasar yang kuat dalam penetapannya. Tugas kita adalah bagaimana mensikapi perbedaan ini secara arif dan bijaksana, sebab yang namanya fiqh pasti membuka peluang besar untuk terjadinya perbedaan. Dan perlu disadari bahwa perbedaan pendapat itu adalah rahmat. Dengan demikian, maka perbedaan Hari Raya Idul Adha ini, jangan sampai merusak persatuan dan kesatuan, ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan, serta diharapkan justru dapat memperkaya khazanah keagamaan dan keilmuan dalam dunia Islam.

Agama Islam memberikan perhatian dan kepedulian yang sangat besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari ayat pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad dan sekaligus naskah pelantikannya sebagai Nabi dan Rasul-Nya adalah perintah untuk membaca. 

Membaca adalah sarana utama untuk mendapatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka ilmu pengetahuan akan diperoleh dan dengan membaca pula ilmu pengetahuan akan berkembang. 

Dengan ilmu pengetahuan pula, Allah SWT mengangkat derajat seseorang ke jenjang yang lebih tinggi, sebagaimana lebih tingginya derajat Adam AS daripada Malaikat. Dan perlu diingat bahwa salah satu ciri utama dari ilmu pengetahuan adalah terjadinya perbedaan pendapat, sebagaimana dalam hal penetapan Hari Raya Idul Adha 1435 H. Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H dan selamat menunaikan ibadah qurban.***

Ahmad Supardi H  
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rohul

Sumber: http://riaupos.co

Kamis, 02 Oktober 2014

Seorang Anak dan Gambar Persegi

Sumber: http://www.cerita-islami.com/seorang-anak-dan-gambar-persegi/

Seorang Anak dan Gambar Persegi

Di suatu senja, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.

Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ‘ayah suaminya’ (mertuanya), seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar di luar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanan terhadap ayahnya yang tidak pernah meninggalkan kamarnya karena kesehatannya yang lemah.

Sang ibupun cepat-cepat memberi sang mertua makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang ayah membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya. Saat dia kembali ke tempatnya bersama dengan putra-putrinya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi.  Dia meletakkan di dalam lingkaran dan persegi tersebut simbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: “Apa yang kamu gambar?” Si bungsu menjawab dengan penuh kecerdasan:“Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal di dalamnya saat aku dewasa dan menikah.”

Jawaban si anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: “Di mana engkau akan tidur?” Si anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: “Ini adalah kamar tidur….ini dapur … ini ruang tamu..” Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang-ruang yang terdapat di rumahnya.

Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi sendirian di luar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar. Sang ibu pun terheran, dan berkata: “Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? Terpisah dari kamar kamar yang lain?” Si anak menjawab: “Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu di sana, ibu akan hidup di sana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua.”

Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya…!!!

“Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama anak-anakku? Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan-ucapan mereka, kebahagiaan mereka, dan permainan mereka saat aku lemah, tidak mampu menggerakkan tubuh? Siapa yang aku ajak bicara saat itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara empat sisi dinding kamar tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku? Maka sang ibu cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu ke dalam kamar sang kakek yang ada di pelataran rumah.

Di saat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini? Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya:“Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah.”

Sang suami pun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya terhadap ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan. Sementara sang anak… dia menghapus gambarnya… dan tersenyum.

Kisah ini dikirim via email oleh  sahabatku Haris Risyana, dikutip dari majalah Qiblati ed 11 tahun 2009, dan saya publikasikan kembali di blog ini, semoga bermanfaat bagi pengunjung blog ini dan saya pribadi.

Baca juga cerita islami lainnya “Kisah Seorang Siswi Palestina"


Dongeng Anak Islami Pahala Dari Sebuah Sedekah

Yuk langsung aja kita baca ceritanya. Dongeng Anak Islami Pahala Dari Sebuah Sedekah. Dahulu di kota Array terdapat seorang Kadi yang kaya-raya. Suatu hari kebetulan bulan Syura datanglah seorang miskin meminta sedekah.


Berkatalah si miskin tadi,
"Wahai tuan Kadi, saya adalah seorang miskin yang mempunyai tanggungan keluarga. Demi kehormatan dan kemuliaan hari ini, saya minta pertolongan tuan. Berilah saya sedekah sekadarnya berupa sepuluh potong roti, lima potong daging dan uang dua dirham." kata si miskin itu.

Kadi menjawab,

"Datanglah setelah waktu dhuhur nanti."  jawab Kadi. Selepas sembahyang dhuhur orang miskin itu pun datang demi memenuhi janjinya. Sayangnya si Kadi kaya itu tidak menepati janjinya dan menyuruh si miskin datang lagi setelah sembahyang Ashar.

Tapi pada ketika si miskin itu datang pada waktu yang dijanjikan untuk kali keduanya itu, ternyata si Kadi tidak memberikan apa-apa. Maka pergilah si miskin meninggalkan rumah si Kadi dengan hati kecewa.

Ketika si miskin jalan mencari-cari, ia lewat di depan seorang Nasrani yang sedang duduk di depan rumahnya.

"Tuan, demi keagungan dan kebesaran hari ini berilah saya sedekah untuk memberi makan keluarga saya," kata si rniskin itu minta sedekah kepada orang Nasrani itu.

"Hari apakah hari ini ?" Tanya orang Nasrani itu.

"Hari ini bulan Syura," jawab si miskin, sambil menerangkan keutamaan dan kisah-kisah bulan Syura.

Rupanya orang Nasrani itu sangat tertarik mendengar cerita si peminta sedekah dan hatinya berkenan untuk memberi sedekah.

"Katakan padaku, apa keinginanmu"  katanya si Nasrani. Berkata si peminta sedekah,

"Saya memerlukan sepuluh potong roti, lima iris daging dan uang dua dirham saja."

Dengan segera orang Nasrani memberi si peminta semua keperluan yang dikatakannnya. Si miskin itu pun pulang dengan hati gembira.

Sementara itu, ketika tidur si Kadi yang ingkar janji itu telah bermimpi.

"Angkat kapalamu"  kata suara dalam mimpinya. Baru saja ia mengangkat kepalanya, Tiba-tiba terhampar di depan matanya dua buah bangunan yang indah. Sebuah istana dibuat dari batu-bata berlapis emas dan sebuah lagi dibuat dari permata yang berkilauan.

"Ya Tuhan, untuk siapa istana yang sangat indah ini ?"  Terdengar jawaban.

"Semua bangunan istana ini adalah untuk kamu andaikan saja kamu mau memenuhi hajat si peminta sedekah itu. Kini istana itu dimiliki oleh seorang Nasrani."

Saat bangun dari tidurnya. Kadi itu segera pergi menemui orang Nasrani yang dimaksudkan dalam mimpinya. Kadi bertanya kepada si Kristian,

"Perbuatan apakah gerangan yang kau lakukan semalam, hingga kau dapat pahala dua buah istana yang sangat indah ?"  tanya si Kadi. Orang Nasrani itu pada mulanya bengong, tak mengerti.

Tapi setelah diterangkan oleh si Kadi berkaitan dengan mimpinya, maka ia bercerita bahwa kemarin yang dilakukannya, bahwa ia telah bersedekah kepada fakir miskin yang memerlukannya pada hari Syura ini.

"Juallah amal itu kepadaku dengan harga seratus ribu dirharn,"  kata si Kadi.

"Ketahuilah, hai Kadi, sesungguhnya amal baik yang diberikan dan dibalas oleh Allah tidak dapat diperjual-belikan. Sekalipun dengan harga bumi serta seisinya."  Kata si Kristian.

"Mengapa anda begitu, sedangkan anda bukan seorang Islam?"  Tanya si Kadi.

Ketika itu juga orang Nasrani itu membuang tanda salibnya dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta mengakui kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Dongeng Anak Islami Pahala Dari Sebuah Sedekah